Memahami Apa itu Jiwa Kepemimpinan dan Cara Melatihnya
Jiwa kepemimpinan adalah hal yang dapat dilatih. Temukan caranya, mulai dari ingin belajar hingga memahami diri sendiri, di artikel berikut ini.
By greatnusa • 3 Februari 2023
Bagikan Artikel
Melansir dari laman Forbes, jiwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial ketika satu orang dapat memaksimalkan usaha orang lain untuk menggapai tujuan bersama. Kepemimpinan ini tidak ada hubungannya dengan pangkat maupun atribut pribadi.
Bahkan, orang yang disebut “pemimpin” pun tidak selalu memiliki karakteristik yang menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin. Sekadar memiliki karisma saja tidak cukup; mereka yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan seperti yang diulas di bawah ini.
5 Jenis Jiwa Kepemimpinan yang Perlu Dimiliki
Menjadi orang yang ditunjuk menjadi pemimpin memang bukan perkara mudah. Namun, beberapa karakteristik jiwa kepemimpinan ini bisa diterapkan ketika menjadi seorang pemimpin.
1. Mampu Melihat Potensi Seseorang
Individu yang dipercaya untuk memimpin sebuah tim harus mampu bersinergi dan menciptakan sinergi dalam tim tersebut. Ia juga harus bisa mengajak setiap anggota tim untuk selalu terlibat dalam kemajuan tim. Dengan kata lain, jangan sampai ada anggota yang tak ikut berkontribusi atau tak tahu bagaimana caranya memberikan kontribusi dalam pekerjaan.
Pemimpin harus memiliki kapabilitas dalam mengenali potensi dari setiap anggotanya. Misalnya, karyawan A lebih cocok untuk divisi pemasaran, si B lebih cocok di departemen uji kualitas, si C lebih memiliki kemampuan untuk memimpin proyek berikutnya, dan lain sebagainya.
Apabila seorang pemimpin mampu bersinergi, menciptakan sinergi, sekaligus mampu mengenali dan menggali potensi setiap anggotanya, maka orang tersebut sudah pantas menduduki posisi sebagai pemimpin.
Akan tetapi, sebelum menggali potensi orang lain, seorang pemimpin harus terlebih dahulu mengetahui potensi diri sendiri. Pada dasarnya, tak ada yang lebih memahami dirimu selain kamu sendiri. Kamu harus menyadari bahwa kamu memiliki potensi yang bisa kamu gunakan untuk membantu menggali potensi orang lain.
2. Bersedia Mengakui Kesalahan
Berani mengakui kesalahan diri sendiri, bahkan kesalahan anak buah, merupakan bagian dari jiwa kepemimpinan yang kuat.
Apabila terbukti melakukan kesalahan, sebagian orang biasanya langsung menimpakan kesalahan tersebut pada orang lain. Umumnya, anak buahlah yang paling apes dalam situasi seperti ini.
Beberapa pemimpin merasa ‘kehormatannya’ tidak boleh ternoda oleh kesalahan sedikit pun, apalagi kesalahan tersebut dilakukan oleh anak buahnya sendiri. Alhasil, anak buahlah yang harus menanggungnya. Bila perlu, mereka harus bersedia dikorbankan seperti dicopot dari jabatannya.
Berani mengakui kesalahan sebenarnya adalah bentuk akuntabilitas seorang pemimpin. Kesediaan untuk memberikan penjelasan, bahkan sebelum diminta, bisa membantu memulihkan ataupun meningkatkan kepercayaan anak buah pada pemimpin.
Orang dengan karakteristik kepemimpinan seperti ini juga tidak akan kehilangan rasa hormat karena bersedia mengakui bahwa ia telah berbuat salah. Sebaliknya, pemimpin akan kehilangan penghargaan dari orang lain jika tidak mau mengakui kesalahan, bahkan malah menimpakan kesalahan pada orang lain.
3. Bersikap Monitoring Namun Tidak Bossy
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda, termasuk saat mendengar kata “pemimpin” dan “boss”. Kata “boss” selalu identik dengan individu yang memiliki kecenderungan mengatur orang lain. Biasanya, mereka memiliki rasa tanggung jawab yang kecil, bahkan tak jarang melimpahkan semua pekerjaan kepada anak buahnya.
Baca Juga: 8 Perbedaan Bos dan Leader yang Perlu Kamu Ketahui
Sementara itu, kata “pemimpin” biasanya identik dengan sosok atasan yang mengayomi bawahannya. Namun, tak semua pemimpin seperti itu. Bahkan, sering kali ada pemimpin yang justru menjadi “boss” di mata karyawan mereka.
Seorang pemimpin memang harus rutin mengawasi kinerja anak buahnya demi memastikan proyek berjalan sesuai dengan perencanaan. Namun, bukan berarti hal ini bisa dijadikan lampu berlagak sok menyuruh dan mengatur segala hal.
Pemimpin yang ideal harus paham bagaimana caranya membimbing dan mengawasi kinerja karyawan. Tentunya, tanpa membuat anak buah merasa terlalu dikontrol dan masih memiliki ruang untuk senantiasa berkembang. Menumbuhkan karakteristik kepemimpinan seperti ini bisa dimulai dengan mendelegasikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan setiap orang.
4. Bersedia Mendengarkan Aspirasi dan Umpan Balik
Menjadi pemimpin yang ideal mengharuskan individu untuk bersikap dan berpikiran terbuka atas semua aspirasi yang ada. Begitulah cara kerja pemimpin yang sesungguhnya. Terlebih lagi, saat harus menemukan ide-ide kreatif nan solusional, tentu dibutuhkan sebuah eksperimen sederhana.
Bayangkan saja bila seorang pemimpin tak mau belajar mendengarkan aspirasi anak buahnya. Maka, sudah pasti ia akan menjadi sosok atasan menyebalkan yang tak pernah absen dari perbincangan karyawannya.
Tak hanya sekadar mau mendengarkan aspirasi saja, seorang pemimpin juga harus pro-aktif dalam mencari serta menerima umpan balik (feedback). Umpan balik berguna untuk mengetahui apakah hal yang selama ini diterapkan sudah sesuai atau belum.
Sebagai contoh, sebagai pemimpin sebuah departemen di perusahaan, kamu menerapkan kebijakan jam masuk kerja baru. Jam kerja diubah dari jam 7 pagi menjadi jam 8 pagi untuk mengurangi kemungkinan karyawan terlambat. Kamu perlu mendapatkan umpan balik dari setiap karyawan untuk melihat apakah kebijakan tersebut sudah berjalan dengan semestinya atau belum.
Apakah pegawai merasa senang dengan kebijakan baru tersebut? Apakah masih ada yang terlambat? Apakah pekerjaan menjadi jauh lebih produktif? Seorang pemimpinlah yang mampu menyimpulkan semua itu.
5. Mau Menghargai Keberhasilan Orang Lain
Pemimpin yang baik merupakan pemimpin yang selalu menghargai orang lain. Apabila seorang pemimpin ingin dihargai oleh orang lain, termasuk dalam hal ini adalah anak buahnya, maka ia wajib juga menghargai mereka.
Menghargai kinerja anak buah bisa dalam bentuk apa pun. Ada yang berbentuk moneter maupun non-moneter, bersifat langsung maupun tidak langsung. Pemberian penghargaan sangat krusial karena bisa membantu meningkatkan produktivitas. Selain itu, penghargaan tersebut juga bisa berupa mempertahankan pegawai berprestasi agar tetap loyal terhadap perusahaan.
Cara Melatih Jiwa Kepemimpinan
Untuk bisa memiliki karakteristik seorang pemimpin yang baik seperti di atas, kamu perlu melatih jiwa kepemimpinanmu. Membangun, melatih, dan mengembangkan jiwa kepemimpinan bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini.
1. Memiliki Kemauan Belajar
Menumbuhkan jiwa kepemimpinan bisa dimulai dengan memiliki kemauan untuk mempelajari hal-hal baru. Pasalnya, pengetahuan dan wawasan yang luas bisa memengaruhi seseorang saat harus memimpin orang lain. Makin luas wawasan seseorang, makin baik pula cara ia memimpin dan berhadapan dengan banyak orang.
2. Meningkatkan Kualitas Komunikasi
Menjadi seorang pemimpin mengharuskan seseorang untuk bisa menyampaikan visi, maksud, harapan, dan tujuan pada orang lain secara gamblang. Untuk menjadi komunikator handal, seorang pemimpin harus meningkatkan komunikasi verbal, non-verbal, maupun kemampuan mendengarkan orang lain.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Interpersonal Skill dalam Organisasi
3. Memahami Kelebihan dan Kekurangan Diri Sendiri
Butuh waktu dan usaha keras untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Salah satunya adalah dengan memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Begitu seseorang menyadari kemampuannya, ia bisa memanfaatkannya untuk lebih memupuk jiwa kepemimpinan dalam dirinya.Sekarang bisa dipahami bahwa jiwa kepemimpinan adalah produk dari pengaruh sosial. Kunci utama mengembangkan bibit-bibit kepemimpinan adalah dengan memiliki kemauan untuk mencoba hal-hal baru. Salah satunya adalah dengan mengikuti pelatihan beragam skill yang bisa memperkaya kepemimpinanmu bersama GreatNusa. Tunggu apa lagi, saatnya bergabung dengan GreatNusa!
Bagikan Artikel
Artikel Serupa
Bagaimana Fungsi Laporan Keuangan bagi Pihak Manajemen?
By greatnusa • 10 Februari 2023
10 Prinsip Dasar Akuntansi untuk Membuat Laporan yang Baik
By greatnusa • 10 Februari 2023
Apa Saja Etika dalam Lingkungan Kerja yang Harus Ditaati?
By greatnusa • 23 Februari 2023
Venture Capital Adalah: Pengertian, Kriteria, dan Prosesnya
By greatnusa • 28 Maret 2023
Manajemen Personalia: Tugas, Fungsi, dan Syaratnya
By greatnusa • 31 Maret 2023
Micromanagement Adalah: Pengertian dan Dampaknya
By greatnusa • 20 April 2023