By greatnusa • 13 Desember 2021
Dalam dunia kerja, kamu akan sering mendengar istilah multitasking atau multitugas. Istilah ini umumnya merujuk pada kegiatan atau metode mengerjakan berbagai pekerjaan pada saat yang bersamaan. Tetapi, tentunya istilah tersebut bukan hanya sebatas metode. Kenali apa itu multitasking lebih dalam agar kamu lebih mengerti tentang fenomena ini.
Modernitas dengan dukungan berbagai teknologi membuat setiap orang dituntut untuk dapat lebih cepat menyelesaikan segala sesuatu. Di waktu yang bersamaan pun, berbagai tugas atau pekerjaan dibebankan kepadanya. Dalam kata lain, orang dituntut untuk mampu multitugas .
Hal ini pun kerap menimbulkan pro dan kontra. Sebagian orang mengamini bulat-bulat konsep ini. Namun, sebagian lainnya justru menganggap bahwa multitasking justru membuat pekerjaan tidak efektif dan bahkan menganggapnya sebagai salah satu bentuk perbudakan.
Sebenarnya, apa itu multitugas ? Seberapa besar peranan multitasking dalam dunia kerja? Apakah seorang karyawan benar-benar perlu untuk mampu multitasking menjalani kehidupan profesionalnya?
Ramainya penggunaan istilah ini pasti membuatmu cukup paham maksud dari apa itu multitasking. Secara harfiah, multitasking adalah tugas ganda (banyak). Adapun jika disesuaikan dalam konteks lebih komprehensif, multitugas adalah keterampilan untuk mengerjakan beberapa aktivitas sekaligus dalam satu waktu bersamaan.
Seperti contoh, kamu sedang mengikuti meeting di kantor. Namun, dalam waktu yang bersamaan, kamu juga berkutat dengan ponsel untuk membalas pesan dari klien. Selain itu, contoh lainnya yang tak kalah sederhana adalah saat kamu membuka dua software sekaligus di laptop untuk pekerjaan yang berbeda. Familier dengan situasi ini, bukan?
Walau begitu, praktik multitugas sendiri tidak terbatas di lingkungan kerja. Kamu pasti pernah melakukan dua—atau bahkan lebih—aktivitas sekaligus dalam kehidupan sehari-hari. Misal, kamu menonton televisi atau YouTube sambil makan, berbicara dengan orang lewat telepon sembari memasak atau mengerjakan tugas, bahkan menyetir sambil mengoperasikan ponsel untuk memantau arah via peta digital.
Melalui berbagai sudut pandang, multitugas memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap orang yang melakukannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan multitasking yang paling sering menjadi perhatian.
Alasan paling umum mengapa seseorang melakukan multitugas adalah karena dapat menghemat waktu. Saat tugas di kantor sedang menumpuk misalnya, seorang karyawan akan cenderung memilih untuk makan siang di depan laptop untuk sekaligus menyelesaikan pekerjaannya. Dengan begitu, dia tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama nantinya di kantor dan dapat pulang tepat waktu.
Di sisi lain, efisiensi karena multitasking juga dapat terjadi dari sisi biaya. Melalui kacamata perusahaan misalnya, merekrut orang yang dapat melakukan beberapa pekerjaan sekaligus tentu akan lebih hemat biaya dibandingkan merekrut dua tenaga kerja. Walau gaji yang diberikan sedikit lebih tinggi dibandingkan rate normal, totalnya tetap tidak akan sebanyak saat mereka harus memiliki dua tenaga kerja.
Salah satu keunggulan multitugas adalah membuat seseorang dapat menjaga momentum dalam menyelesaikan tugas. Seperti contoh, ketika kamu memilih untuk menghadiri rapat dan tetap berkoordinasi melalui HP dengan tim lain yang berada di luar rapat tersebut, maka kamu sedang berusaha untuk tetap segera menyelesaikan dua tugas tersebut.
Begitu selesai dari rapat, kamu pun dapat langsung meneruskan pekerjaan yang sudah dibantu dipersiapkan sebelumnya oleh tim. Dalam kata lain, ritme dan mood bekerja terus terjaga.
Hal ini juga dapat membantu meminimalkan tugas-tugas jadi terbengkalai dan justru memengaruhi performa kerja. Makin cepat satu pekerjaan terselesaikan, makin minim risiko stres di kemudian hari karena sisa-sisa tugas yang menumpuk dan menunggu dituntaskan dalam satu waktu.
Pada dasarnya, otak tidak didesain untuk menangani pekerjaan yang terlalu banyak pada saat bersamaan—terutama untuk jenis aktivitas yang jauh berbeda. Multitasking akan membuat otak menjadi sulit menyimpan informasi mengenai aktivitas tersebut di dalam memori.
Maka dari itu, multitasking dapat membuat seseorang memiliki daya ingat yang lemah. Sebuah studi di University of London bahkan menemukan bahwa mereka yang terbiasa melakukan multitasking mengalami penurunan IQ dibandingkan orang yang tidak tidur cukup di malam hari.
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, multitasking juga dapat menurunkan kreativitas seseorang. Pasalnya, otak bekerja lebih berat sehingga kapasitas otak jadi sudah keburu penuh untuk dapat berpikir kreatif.
Kondisi ini tentu akan berdampak buruk terutama bagi seseorang yang dalam kesehariannya membutuhkan kemampuan berpikir kreatif maupun berimajinasi. Kalau tak segera diperbaiki, bukan tidak mungkin performansinya di tempat kerja akan merosot.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa multitasking yang dilakukan secara terus-menerus akan membuat seseorang lebih sering stres dan merasa cemas bahkan mengalami migrain. Alasannya adalah karena otak menjadi kurang istirahat.
Kalau kondisi ini dibiarkan terus-menerus, maka ada lebih banyak risiko kesehatan lainnya yang akan terdampak. Stres berkepanjangan akan membuat imun menurun sehingga penyakit lebih mudah untuk menyerang.
Jadi, seberapa besar peranan multitasking dalam dunia kerja?
Perlu diketahui, multitasking adalah keterampilan yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Berita baiknya, seseorang dapat melatih dirinya agar menguasai keterampilan yang satu ini. Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa setiap pekerjaan maupun perusahaan mewajibkan karyawannya untuk mahir multitasking.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, multitasking dapat membantumu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan bahkan meningkatkan produktivitas. Selayaknya bekerja di suatu tempat, makin cepat dan produktif seseorang menyelesaikan pekerjaannya dengan kualitas yang bagus, makin baik pula penilaian kerja terhadapnya.
Namun, apabila kamu tidak terbiasa dengan pekerjaan multitasking, maka kamu harus memiliki kemampuan manajemen waktu dan disiplin yang baik. Hal ini akan membantumu tetap dapat menyelesaikan pekerjaan walaupun melakukannya satu per satu.
Selain itu, kamu juga dapat mengetahui lebih awal apakah sebuah pekerjaan membutuhkan kemampuan multitasking atau tidak. Tiap pekerjaan pasti memiliki tanggung jawab atau job desc tertentu sehingga kamu dapat memperkirakan workload hingga risiko stres yang akan dialami. Jika job desc tersebut tidak cocok denganmu, maka jangan memaksakan diri untuk tetap mengambilnya.
Sebagai contoh, beberapa jenis pekerjaan yang secara jelas membutuhkan kemampuan multitasking adalah perawat, staf administrasi, customer service, dan event planner atau event organizer.
Satu hal penting yang perlu diingat adalah orang-orang yang dapat melakukan multitasking juga dapat mengalami stres dan membutuhkan istirahat. Biar bagaimanapun, otak memang tidak dirancang untuk bekerja dengan intensitas tinggi secara terus-menerus.
Mulailah dengan mengenali diri sendiri. Hindari memaksa diri untuk pekerjaan yang sedari awal tidak cocok dengan karakter atau kondisimu. Tidak ada salahnya untuk mencoba, tetapi kamu harus bisa beradaptasi dan memahami batasan diri.
Komunikasikan pula dengan atasan saat kamu mulai merasa bahwa beban pekerjaan terlalu berat dan sulit untuk mengikuti ritmenya. Jika kamu merasa sulit untuk berkomunikasi secara langsung, tak ada salahnya untuk berkomunikasi melalui e-mail atau media komunikasi serupa lainnya. Tentunya, kamu perlu menggunakan bahasa yang tetap profesional.
GreatNusa menyediakan kelas online untuk membantumu berkomunikasi secara profesional melalui program Business Communication. Kursus ini menawarkan keterampilan dasar yang menjadi modal penting dalam dunia kerja. Selain itu, kamu juga bisa meningkatkan skill lain, baik softskill maupun hardskill, di GreatNusa melalui berbagai program yang tersedia.
By greatnusa • 17 Maret 2022
By greatnusa • 23 Maret 2022
By greatnusa • 7 Februari 2023
By greatnusa • 28 Februari 2023
By greatnusa • 30 Maret 2023
By greatnusa • 20 April 2023