By greatnusa • 23 Maret 2022
Menjadi dewasa merupakan tantangan tersendiri. Ada kalanya ketika sudah menginjak umur dewasa, kamu akan merasa cemas dan khawatir, khususnya tentang masa depan. Hal ini umumnya disebut quarter life crisis atau krisis seperempat abad. Apa itu quarter life crisis?
Quarter life crisis adalah fase yang umumnya di alami oleh orang-orang yang dalam rentang usia 20-an hingga 30 tahun. Pada fase ini orang-orang umumnya telah dituntut untuk mulai fokus pada masa depan.
Fase peralihan ini, dari yang awalnya bisa acuh tak acuh menjadi harus fokus, yang kemudian membuat banyak orang kebingungan. Tidak jarang orang yang mengalami fase ini merasa tidak memiliki tujuan hidup atau arah yang jelas bahkan mulai membandingkan diri dengan orang lain yang lebih sukses.
Tetapi, kamu tidak harus khawatir berlebih. Kamu tidak sendiri dalam fase hidup ini. Telah banyak orang yang melewati fase ini dan menemukan kebahagiaan dalam hidup. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu jadikan panduan untuk menghadapi quarter life crisis.
Merujuk pada sejarah, istilah Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad diperkenalkan pertama kali oleh Robbins dan Wilner dalam teori Emerging Adulthood. Ini merupakan istilah psikologi yang merujuk pada kondisi emosional akibat berbagai perubahan yang terjadi di masa transisi atau peralihan dari remaja ke dewasa. Karenanya, krisis ini lumrah dialami oleh setiap orang dalam rentang usia 20-30 tahun.
Menurut Fischer, fase ini memang rentan dialami oleh orang-orang yang tengah berada dalam proses bertumbuh. Fase ketika seseorang mulai berusaha mencapai berbagai tujuan hidup, seperti membangun karier, membentuk identitas diri, mencapai kebebasan finansial, memilih pasangan, dan menjadi bagian dari kelompok sosial.
Pada periode ini, kamu akan melewati berbagai tahapan perkembangan yang jika tidak direspons dengan baik bisa menyebabkan gangguan emosional atau psikologis. Akibatnya, kamu akan dilanda kebingungan akan tujuan hidup, mulai mempertanyakan banyak hal, merasa insecure atau keraguan terhadap kemampuan diri, putus asa, depresi, hingga terkadang sampai menarik diri dari kehidupan sosial.
Dengan kata lain, seseorang cenderung mengalami ketakutan berlebih atau bahkan merasa frustrasi akan masa depan. Ini bisa terjadi ketika tekanan dan tuntutan terkait pencapaian hidup tidak bisa disikapi dengan baik, sehingga menyebabkan krisis emosional.
Meski bisa dikatakan sebagai sebuah fase yang umum, sayangnya, masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya tengah berada pada periode ini. Akibatnya, mereka cenderung rentan mengalami depresi atau bahkan mental illness, karena kurang memahami apa yang sebenarnya tengah terjadi pada diri. Agar hal tersebut tidak terjadi, ada baiknya kamu ketahui tanda-tanda seseorang mengalami Quarter Life Crisis berikut ini:
Pada fase ini, kamu akan mulai mempertanyakan banyak hal, utamanya yang berkenaan dengan eksistensi diri. Seringnya pertanyaan ini tak kunjung menemukan jawaban, hingga akhirnya bisa menyebabkan frustrasi.
Kabar bahagia atau kesuksesan teman justru membuat kamu merasa resah tanpa alasan, seolah tertinggal dibanding yang lain hingga akhirnya kamu merasa minder dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial.
Seringnya, kamu akan sulit menentukan apakah harus hidup sesuai keinginan diri sendiri atau sesuai tuntutan orang lain. Pada fase ini, bisa saja kamu telah memiliki pekerjaan yang mapan, tetapi tidak sesuai passion sehingga akhirnya hidup terasa kosong dan kurang bergairah. Merasa bingung apakah harus tetap di zona nyaman atau harus keluar mengejar impian.
Fase ini memang membuat kamu kurang bersemangat untuk menjalani hari. Kamu pun merasa bahwa lingkungan terdekat tidak bisa membantumu untuk keluar dari masalah, sehingga harus dihadapi seorang diri.
Baca Juga: Butuh Motivasi Dalam Bekerja? Ini 6 Jenis Motivasi Yang Perlu Diketahui
Pada dasarnya, Quarter Life Crisis bisa terjadi ketika seseorang yang baru menginjak usia dewasa awal harus dihadapkan pada realita dan berbagai permasalahan hidup orang dewasa. Ada beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicunya, yaitu;
Faktanya, fase ini tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, dalam beberapa kondisi, bukan tidak mungkin jika nantinya berpotensi menyebabkan depresi atau mental illness. Jika kamu tengah berada dalam fase ini, berikut beberapa cara menghadapinya.
Ada baiknya jika kamu segera kenali diri lebih dalam. Renungkan apa yang menjadi kelebihan, kelemahan, serta yang kamu inginkan di masa depan. Dengan begitu, kamu akan lebih paham, hidup seperti apa yang ingin dijalani termasuk lebih leluasa menentukan pilihan tanpa harus didikte orang lain. Meski memang, dalam mengambil keputusan, kamu tetap harus meminta pertimbangan dan saran dari orang yang lebih berpengalaman.
Baca Juga Mengenal Personal Branding Dan Cara Meningkatkannya
Setelah mengenali diri dengan baik, pada akhirnya kamu bisa Self Love atau mencintai diri sendiri. Kamu bisa menerima segala yang ada dalam diri, dan bisa menjadi versi terbaik dari dirimu. Tak peduli seperti apa orang berkata, yang jelas kamu patut bahagia dan sukses sesuai versi terbaik.
Dalam fase ini, seseorang akan sering membandingkan hidup dengan orang lain. Terlebih, jika orang lain atau teman sebaya telah lebih dulu mencapai berbagai tujuan hidup, seperti pekerjaan impian dan pasangan. Inilah yang kemudian menyebabkan timbulnya perasaan iri, cemas, sekaligus insecure dan depresi. Mengapa seolah hidup orang lain jauh lebih mudah dibandingkan jalan yang harus kamu lalui.
Karenanya, ada baiknya jika di fase ini kamu lebih fokus untuk berbenah dan menata masa depan. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain; kalian memulai hidup dari tempat yang berbeda maka tentu kalian tidak akan memiliki hasil yang sama. Habiskanlah waktumu mempelajari kemampuan baru ketimbang memikirkan hidup orang lain.
Baca Juga: Macam Macam Soft Skill Yang Dapat Dikuasai
Jika bisa, kurangi melihat unggahan di media sosial agar kamu tidak membandingkan diri dengan hidup orang lain. Ini juga penting agar kamu tidak sering mengeluh, dan lebih bersyukur atas apa yang ditakdirkan Tuhan.
Kamu harus tahu bahwa tidak semua lingkungan bisa memberi dampak positif. Adakalanya seseorang harus terjebak dalam lingkar sosial yang justru membuat hidup semakin tertekan dan hilang arah. Jika kamu mengalaminya, beranikan diri untuk keluar demi hidup yang lebih tenang dan bahagia. Carilah lingkungan sosial yang bisa saling mendukung, membantu, dan yang terpenting bisa menerima kamu apa adanya.
Baca Juga: 11 Indikator Lingkungan Kerja Yang Optimal
Saat berada dalam titik krisis, jangan lantas kamu hanya berdiam diri sembari merutuki nasib. Percayalah, itu tidak akan mengubah apa pun. Lebih baik, segera bangun dari keterpurukan dan buatlah rencana hidup ke depan. Pikirkan apa yang kamu inginkan dan atur rencana untuk mewujudkannya. Kemudian, lakukan tindakan nyata dan jangan pernah takut akan kegagalan. Akan lebih lagi jika kamu memiliki sosok mentor yang bisa memantau sekaligus membimbing.
Seringnya, fase krisis ini akan membuat seseorang malas dan tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun. Karenanya, cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan menjadi produktif. Paksa diri untuk melakukan hal-hal bermanfaat, entah itu yang berkenaan dengan hobi atau aktivitas yang bisa mengembangkan kemampuan.
Baca Juga: 9 Cara Agar Produktif Yang Simpel Dan Efektif
Tak perlu ragu untuk mencoba hal baru, karena bukan tidak mungkin itu akan menjadi passion atau yang membuatmu cemerlang di masa depan. Kamu juga bisa mengisi waktu luang dengan mengikuti kursus yang ada di GreatNusa. Di platform ini, telah tersedia berbagai macam bentuk pengembangan diri yang dipandu oleh mentor-mentor berpengalaman.
Nah, itulah sekilas informasi tentang apa itu Quarter Life Crisis. Percayalah, fase ini akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa. Tetap semangat!
By greatnusa • 1 Februari 2023
By greatnusa • 18 Februari 2023
By greatnusa • 29 Maret 2023
By greatnusa • 30 Maret 2023
By greatnusa • 5 Mei 2023
By greatnusa • 8 Mei 2023