By greatnusa • 20 Februari 2023
Sebuah desain produk digital seperti mobile app tidak akan pernah lepas dari peran UI alias user interface. Sebagai aspek yang menjadi “pintu utama” sebuah produk, tujuan user interface yang utama adalah untuk menciptakan kenyamanan bagi user terutama dari segi aspek visual. Oleh sebab itu, seorang desainer UI harus memiliki pemahaman dan keterampilan yang kuat dalam bidang komunikasi visual.
Sebenarnya, apa itu user interface?
User interface adalah antarmuka grafis yang menjadi jembatan antara user dengan sistem sebuah aplikasi sehingga user dapat mengoperasikan aplikasi tersebut. Dalam konteks yang lebih utuh, user interface merupakan bagian yang tak terpisahkan dari user experience (UX) secara keseluruhan. Mengapa demikian?
User experience merujuk pada pengalaman user saat menggunakan sebuah aplikasi. Tentunya, perusahaan mengharapkan tiap penggunanya memiliki user experience yang apik. Adapun pengalaman user dimulai dari kepuasannya dengan komposisi layout, warna, tipografi, dan elemen visual lain yang disajikan dalam sebuah produk.
UI yang mendapat penilaian baik dan dikombinasikan dengan kemudahan dan kepraktisan user dalam mengoperasikan aplikasi memungkinkan tercapainya user experience secara maksimum. Dengan demikian, user pun diharapkan merasa nyaman dan puas dalam menggunakan aplikasi sehingga mampu menjadi loyal user yang berdampak krusial bagi keberlangsungan bisnis.
Baca Juga: Merancang UI yang Efektif dengan Qt 5
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, tujuan user interface pada dasarnya adalah menciptakan kenyamanan visual bagi user sehingga dapat mewujudkan user experience yang lebih enjoyable.
Namun, sebuah user interface dalam mencapai tujuan besar tersebut memerlukan berbagai upaya dan berbagai “tujuan kecil” lainnya. Adapun beberapa tujuan sebuah desain user interface selengkapnya adalah sebagai berikut.
Seorang desainer user interface harus mampu membuat grafis yang relevan dan konsisten. Kedua aspek ini sangat berperan penting dalam memberi kemudahan navigasi pada user saat mengoperasikan aplikasi.
Seperti contoh adalah saat pembuatan ikon untuk menu. Ikon yang digunakan (termasuk jika dibuat berdasarkan ilustrasi sendiri) sebaiknya merepresentasikan fitur atau produk yang dimaksud dan mudah dipahami.
Pada aplikasi Gojek misalnya, ikon yang digunakan untuk menu GoFood adalah sendok dan garpu. Ilustrasi ini sudah cukup merepresentasikan makanan—yang tak lain merupakan fungsi dari menu GoFood sendiri untuk layanan pesan antar makanan. Pun demikian dengan ikon untuk menu lainnya seperti GoRide, GoCar, GoSend, dan lain sebagainya.
Di samping itu, konsistensi juga penting. Sebuah aplikasi sangat mungkin mengalami perubahan desain. Kendati begitu, menerapkan grafis yang konsisten akan sangat membantu user untuk mengetahui pola. Dengan begitu, ketika terjadi perubahan sekalipun, user tetap dapat memahami maksud dari simbol grafis yang digunakan.
Baca Juga: Pengenalan Komponen Dasar di Unity
Tujuan user interface yang satu ini sudah tentu mutlak. Bagaimanapun, manusia merupakan makhluk visual yang menyukai keindahan. Terlepas dari preferensi visual tiap orang berbeda-beda, ada beberapa patokan mendasar yang bisa dijadikan acuan oleh seorang desainer UI dalam memenuhi tanggung jawabnya.
Salah satunya adalah layout atau tata letak. Seorang desainer UI harus dapat membuat layout yang proporsional sehingga tidak membuat sebuah bagian “menutupi” bagian lainnya yang tak kalah penting. Sebisa mungkin, layout pun dibuat dengan desain yang sederhana sehingga tidak menimbulkan kesan “kacau” yang justru mengganggu kenyamanan user.
Di samping itu, pemilihan warna perlu diperhatikan. Selain warna utama (biasanya disesuaikan dengan karakter dari brand atau produk itu sendiri), pemilihan dan implementasi warna turunan perlu diperhatikan dengan detail. Komposisinya pun perlu dibuat konsisten sehingga tidak mengganggu visual identity yang ingin ditampilkan.
Setiap tindakan yang dilakukan user dalam sebuah aplikasi akan membuat sistem melakukan pekerjaan tertentu. Seringnya, user pun perlu mengetahui secara jelas apa yang sedang terjadi—terutama jika loading aplikasi atas sebuah perintah cukup lama.
User interface dapat menjadi solusi untuk kondisi ini. Selagi sistem memproses perintah yang diberikan oleh user, aplikasi dapat memunculkan halaman atau notifikasi status yang sedang terjadi. Seperti contoh adalah aplikasi pengiriman uang seperti Flip. Setelah user melakukan transfer, aplikasi akan memunculkan halaman yang menampilkan info bahwa aplikasi sedang memproses transaksi.
Di sisi lain, user interface juga akan memudahkan pembacaan data suatu program. Tanpa adanya user interface yang rapi dan bagus, sistem dapat melakukan tugas seperti mencari, mengurutkan, bahkan filter data dengan lebih mudah. Pasalnya, perintah tersebut telah dilakukan oleh user sehingga sistem cukup memprosesnya.
User interface yang baik akan mengurangi kesalahan user saat melakukan input data. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan ilustrasi ikon yang tepat, tipografi yang pas (ukuran font yang tidak terlalu kecil dan jenis font yang simpel), perbedaan warna untuk masing-masing perintah atau menu, dan sebagainya.
Tujuan ini juga sangat didukung oleh UX writing yang diterapkan dalam desain produk. Secara sederhana, UX writing adalah tulisan-tulisan singkat (microcopy) yang terdapat di suatu produk. Seperti contoh adalah perintah “Submit”, “Order”, “Transfer”, “Click Here”, dan lain sebagainya yang berada di tombol-tombol sebuah aplikasi.
Membuat UX writing sendiri memerlukan keterampilan khusus, riset, dan pengetesan yang tidak sebentar. UX writing haruslah singkat, padat, jelas, dan memiliki empati pada user. Oleh karena kompleksnya ranah UX writing, sebuah perusahaan biasanya memerlukan satu peran khusus yang disebut UX copywriter (beberapa perusahaan juga kerap menggunakan istilah Product Copywriter).
Baca Juga: Belajar Pemrograman Java Menggunakan GUI
Pada akhirnya, tujuan user interface adalah membantu desain UX secara umum untuk meningkatkan kenyamanan user dalam menggunakan sebuah aplikasi. User interface memudahkan user untuk memahami informasi yang disajikan dan perintah apa yang harus dilakukan dengan lebih mudah.
Seperti desain UX saat membuat sebuah flow sistem aplikasi, desain UI juga memerlukan riset. Tujuannya adalah agar desain antarmuka yang diciptakan menjembatani secara tepat baik dari yang diharapkan oleh perusahaan maupun user. Semakin “klop” desain interface sebuah aplikasi dengan user, semakin besar tingkat kepuasan yang akan dirasakan oleh user tersebut.
Maka dari itu, seorang desainer UI juga perlu memiliki kemampuan untuk melakukan riset dan memahami user—sama seperti UX researcher maupun UX designer. Tentunya, beberapa keterampilan pendukung—baik hard skill maupun soft skill—dibutuhkan pula untuk memenuhi tugas sebagai seorang desainer UI yang andal.
Di GreatNusa, kamu dapat memilih dan mengikuti berbagai kursus online untuk menunjang pengalaman dan kariermu di bidang desain UI. Ada banyak topik yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini guna mempersiapkan skillset menjadi desainer UI profesional yang bersaing. Masing-masing kursus online memiliki durasi pembelajaran berbeda sesuai kedalaman topik yang akan dibahas. Asyiknya lagi, sebagian besar kelas yang ditawarkan pun bisa kamu akses secara gratis selama satu tahun. Dengan begitu, kamu jadi makin bebas untuk belajar bersama GreatNusa dari mana saja dan kapan saja.
By greatnusa • 15 Februari 2022
By greatnusa • 22 Maret 2022
By greatnusa • 1 Februari 2023
By greatnusa • 18 Februari 2023
By greatnusa • 19 Februari 2023
By greatnusa • 31 Maret 2023